Areal pemakaman bersejarah ini telah dipugar. Gapura dan tembok yang membatasi arealnya bercat kuning berles hijau, warna khas Melayu. Sementara di kiri dan kanannya, pohon aren dan pohon kapas, serta pohon liar tumbuh rimbun. Cukup meneduhkan di hari yang panas.
Keturunan Raja Isa sebenarnya masih ada tapi sudah tidak tinggal di Nongsa Pnatai. Mereka termasuk warga yang dipindahkan ke kavling Nongsa. Hamzah menerangkan ihwal pria asli Selayar yang menetap di Kampung Nongsa Pnatai sejak umur lima tahun.
Areal pemakaman zuriat Raja Isa atau Nong Isa, kini sering diziarahi warga Batam, baik keturunannya maupun warga yang penasaran dengan tokoh penting bagi Bata mini. Meskipun sebenarnya makam Raja Isa sendiri tidak diketahui secara pasti.
Penggiat penelitian sejarah Melayu Kepri, Aswandi Syahri memaparkan sejarah Raja Isa berdasarkan dokumen yang ia dapat dari Arsip Nasional dan Perpustakaan Nasional, Jakarta 2006 silam. Bahan sumber yang ditulis pada 1833. lebih jauh menjelaskan bahwa Raja Isa berusia 50 tahun ketika itu, dan kampong kecil tempat ia bersemayam terletak di hulu Sungai Nongsa.
Discussion about this post